Jumat, Maret 25, 2016

Keteladanan Sang Ulama

Salah seorang ulama masa kini yang dikenal ahli dalam fikih adalah asy-Syaikh Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Utsaimin al-Wuhaibi at-Tamimi, atau yang lebih dikenal dengan nama asy-Syaikh Ibnu Utsaimin atau asy-Syaikh Utsaimin. Darah ulama memang seakan sudah mengalir pada dirinya. Kakeknya, asy-Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman Ali ad-Damigh rahimahullah, adalah ulama. Kepada kakeknya, Utsaimin kecil belajar al-Qur’an. Kemudian dia banyak belajar pada ulama-ulama yang lain hingga kepada guru utama beliau yang terkenal sebagai ulama tafsir, yakni asy- Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah.

Menginjak remaja, Utsaimin belajar kepada asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz. Kepada asy-Syaikh bin Baz, beliau banyak menimba ilmu hadits dan fikih. Kesabaran dan keuletan adalah salah satu sifat asy-Syaikh Utsaimin yang menonjol. Saat di Unaizah—tempat kelahiran beliau—, di awal dakwah, beliau hanya diikuti oleh beberapa murid. Namun dengan kesabaran, akhirnya dakwah beliau berkembang hingga memiliki ribuan murid. Kadang meskipun dalam keadaan kurang sehat, asy-Syaikh al-’Utsaimin tetap bersemangat untuk memberikan khutbah Jum’at di al-Jami’ al-Kabir, memimpin doa, dan menemui tamu-tamu untuk menjawab pertanyaan ataupun memberikan penjelasan. Semua ini memang kemauan dari beliau sendiri. Ketika diingatkan untuk istirahat, beliau menjawab, “Istirahat adalah dengan tetap memberikan pelayanan kepada umat.”.

Suatu saat, ketika sedang melakukan rekaman untuk acara radio (Nur ‘ala Darb), asy-Syaikh al-Utsaimin tampak diserang rasa kantuk. Kesabaran, sifat toleran, dan semangat beliau untuk segala sesuatu yang di dalamnya terdapat manfaat untuk umat, demikian tampak. Beliau berusaha melawan rasa kantuknya dengan meminta berhenti sebentar dan meminta kabel mikrofon dipanjangkan sehingga beliau bisa menjawab pertanyaan sambil berdiri. Dengan mikrofon kecil yang bisa ditempelkan di baju dengan kabel yang lebih panjang, beliau melanjutkan menjawab pertanyaan sambil berjalan-jalan di sekitar ruangan untuk menghilangkan rasa kantuk. Ini dilakukan beliau sampai proses rekaman selesai.

Kebesaran jiwa dan kesabaran beliau tak pelak mengantarkan beliau menjadi ulama besar yang disegani. Beliau pernah ditawari oleh asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu asy-Syaikh (mufti pertama Kerajaan Arab Saudi) agar menduduki jabatan qadhi (hakim) tinggi, bahkan telah dikeluarkan surat pengangkatan sebagai ketua pengadilan agama di Ahsa, namun asy- Syaikh Utsaimin menolaknya secara halus. Tidak menjadi qadhi, beliau malah diberi amanah yang lebih besar, yakni anggota di Hai’ah Kibarul Ulama (semacam MUI) di Kerajaan Arab Saudi. Bukan semata-mata jabatan, setidaknya ini menjadi bukti akan kapasitas keilmuan beliau. Lebih-lebih, beliau mengiringi keilmuan itu dengan amaliah dan keteladanan.

Sebagai ulama yang teguh dalam memegang tauhid dan sunnah, membuat beliau sering menjadi “sasaran bidik” musuh-musuh dakwah tauhid dan sunnah. Berbagai celaan atau hujatan sering dialamatkan kepada beliau, terutama oleh mereka para pengusung kesyirikan dan pengusung dakwah fanatisme kelompok (partai). Fatwa-fatwa kontemporer beliau yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka, dimentahkan. Namun, keteguhan di atas hujah, mampu mementahkan kembali semua tuduhan dan fitnah itu. Umat pun insya Allah akan selalu merindukan sosoknya yang tak hanya sarat ilmu, tetapi juga mampu menerjemahkannya dalam keteladanan.

Sumber : http://asysyariah.com/pengantar-redaksi-keteladanan-sang-ulama/

WhatsApp Salafy Indonesia | http://bit.ly/ForumSalafy
read more

Allah Tidak Butuh Kepada Kita Untuk Menolong Agamanya

Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah mengatakan:

Kebenaran akan tetap ada dan agama ini akan selalu ditolong, baik melalui kita atau selain kita, yang kita takutkan adalah keselamatan diri kita sendiri.❞. 
 
Akun twitter as-Syaikh Fawaz bin 'Ali al-Madkhaly hafizhahullah
 
WhatsApp Salafy Indonesia | http://bit.ly/ForumSalafy
read more

Kamis, Maret 24, 2016

Kapan Seseorang Diketahui Sebagai Ahlus Sunnah Wal Jama'ah?

Ditanyakan kepada Sahl bin ‘Abdullah At-Tusturi: "Kapan seseorang itu diketahui bahwa dia itu sebagai Ahlus Sunnah wal Jama'ah?".
Beliau menjawab:

Jika diketahui pada dirinya 10 kriteria:
  1. Tidak meninggalkan Al-Jama’ah.
  2. Tidak mencela para shahabat Nabi shallallahu 'alahi wa sallam
  3. Tidak memberontak terhadap (penguasa) umat ini dengan mengangkat senjata.
  4. Tidak mendustakan taqdir.
  5. Tidak ragu dalam masalah iman.
  6. Tidak berdebat dalam masalah dien.
  7. Tidak meninggalkan shalat terhadap jenazah siapa saja yang dalam keadaan berdosa dari kalangan ahlul qiblah.
  8. Tidak meninggalkan mengusap atas dua khuf (dalam wudhu’).
  9. Tidak meninggalkan shalat berjama’ah di belakang waliyul amri baik yang fajir (jahat dan zhalim) maupunyang adil.❞.
Lihat Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah I/205.
* Demikianlah dalam teks aslinya hanya disebutkan sembilan poin saja.

https://telegram.me/ManhajulAnbiya | http://www.manhajul-anbiya.net

read more

Selasa, Maret 08, 2016

Sebab Kecintaan Allah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
 
Barang siapa mencintai Allah, maka wajib bagi dirinya untuk mengikuti Rasulullah dan membenarkannya terhadap setiap berita yang beliau kabarkan, menaatinya terhadap setiap perkara yang beliau perintahkan, dan meneladaninya terhadap setiap amalan yang beliau kerjakan.  
Barang siapa melakukan ini, maka sungguh dia telah melakukan suatu hal yang Allah cintai, sehingga Allah pasti akan mencintainya.❞.
 
al-'Ubudiyah/ hal. 94.
 Sumber : Channel || @roaea_alshikin_T_Q
WhatsApp Salafy Indonesia | http://bit.ly/ForumSalafy

read more

Selasa, Maret 01, 2016

Keutamaan Wanita Di Rumah

Dikeluarkan oleh Ath-Thabarani dalam al- mu'jam al-kabir (8914) dari jalur Abul Ahwas, dari Abdullah Bin Mas'ud Radhiyallähu'anhu berkata:
 
❝Sesungguhnya wanita itu aurat, dan sesungguhnya ketika wanita keluar dari rumahnya, dan tidak ada sesuatu masalah apapun dengannya, lalu syaithan menjadikan pandangan menjadi indah tertuju kepadanya. Dia (syaithan) berkata: Sesungguhnya tidak seorang pun yang engkau lewati melainkan engkau telah membuatnya takjub. Sementara wanita itu memakai pakaiannya (untuk keluar) , lalu ditanya: hendak kemana engkau? Maka dia menjawab: Aku ingin menjenguk orang sakit, atau melayat jenazah, atau shalat di masjid. Tidaklah seorang wanita menyembah Rabb- nya dengan yang lebih baik dari menyembah-Nya ketika ia berada di rumahnya.❞. (Shahih).
read more

Kamis, Februari 25, 2016

Manusia Yang Sok Naif

Kita sering mendengar kata "naif " namun tidak sedikit dikalangan kita yang tidak paham tentang maknanya...

Naif dalam KBBI artinya adalah;
[1] sangat bersahaja; tidak banyak tingkah; lugu; sederhana
[2] celaka; bodoh; tidak masuk akal.

Nah yang diinginkan dengan judul di atas adalah naif dengan makna pertama yaitu manusia yang sok lugu dan polos. Karakter seperti ini terkadang ada pada diri seseorang, ada yang sadar ada juga yang tidak sadar kalau dia punya karakter tersebut.

Berikut ini penuturan salaf akan hal tersebut.

Berkata Imam Al Fudhoil bin Iyaadh Rohimahullah Ta'ala: 
"Hai miskin!, Engkau adalah orang yang jelek namun mengira dirimu orang yang baik... Kamu adalah orang yang bodoh tapi memandang dirimu sebagai orang berilmu... Engkau adalah orang yang bakhil namun mengira dirimu adalah orang dermawan... Dikau adalah orang yang dungu tapi memandang diri sebagai orang yang cerdas... Ajalmu sudah dekat tapi angan-anganmu panjang.".

Maka Imam Adz Dzahabi mengomentari: 
"Demi Allah, bersikaplah jujur... Engkau adalah orang yang zolim tapi mengira sebagai pihak yang dizolimi... Kamu makan dari yang haram tapi menganggap diri sebagai orang yang waro'(suci)... Dikau adalah orang yang fasik namun yakin sebagai orang yang adil... Kau mencari ilmu tuk meraih dunia tapi kau anggap dirimu mencarinya karena Allah.".

Siyar A'laamin Nubala' 8/440.

Abu Sufyan Al Musy | http://bit.ly/uimusy
read more