Jumat, September 18, 2009

Nurdin M Top: Game Over!

Akhir kehidupan seorang gembong teroris khawarij…

Sebagai seorang muslim yang masih berada diatas fitrahnya yang suci, sudah tentu merasakan kegembiraan ketika mendengarkan berita tentang tewasnya seseorang yang dikenal sebagai salah satu gembong teroris Khawarij dimasa kini, yang gemar melakukan tindakan kejahatan dan menumpahkan darah manusia, tidak terlepas pula tertumpahnya darah-darah kaum muslimin. Namun berbeda halnya dengan seorang yang telah tertanam padanya benih-benih pemikiran khawarij, dia tentu akan merasa sedih dengan terbunuhnya salah satu dari tokoh mereka, yang selama ini dianggap “berjihad” dengan cara-caranya. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menggelarinya dengan sebutan “mujahid” atau “mati syahid”.

Kaum Muslimin yang kami muliakan, termasuk diantara petunjuk di dalam Islam yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya adalah tidak menampakkan kesedihan dengan tewasnya tokoh-tokoh teroris khawarij. Bagaimana mungkin seseorang bersedih, sementara mereka dengan melakukan tindakan membabi buta tanpa mengikuti koridor syari’at Islam yang telah diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya, dan melakukan berbagai tindakan teror yang menyebabkan ketakutan kaum muslimin yang hidup didalam negeri mereka sendiri. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:


لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا

“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti seorang muslim lainnya.”
(HR.Abu Dawud (5004),dari beberapa sahabat Nabi)

Oleh karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan tegas menyebut mereka kaum khawarij sebagai anjing-anjing neraka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

الْخَوَارِجُ كِلَابُ النَّارِ

“Khawarij adalah anjing-anjing neraka.”
(HR.Ibnu Majah:173,dari Ibnu Abi Aufa radhiallahu ‘anhu)

Demikian pula halnya para sahabat Nabi –semogaAllah meridhai mereka- tidak merasa sedih dengan meninggalnya tokoh-tokoh teroris khawarij, bahkan sebaliknya dengan menampakkan perasaan gembira dan bersyukur atas meninggalnya. Diriwayatkan dari Abu Ghalib berkata: Abu Umamah –radhiallahu anhu- melihat kepala-kepala (kaum khawarij) yang dipajang di tangga masjid Damaskus, lalu Abu Umamah berkata:

كِلَابُ النَّارِ شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ خَيْرُ قَتْلَى من قَتَلُوهُ

“anjing-anjing neraka, (mereka) seburuk-buruk yang terbunuh dibawah kolong langit,dan sebaik-baik yang terbunuh adalah yang mereka bunuh.”

Lalu Abu Umamah berkata: "sekiranya aku tidak mendengar hadits ini (dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam) sekali, dua kali sampai tujuh kali, aku tidak akan memberitakannya kepada kalian.” (HR.Tirmidzi:3000).

Perhatikanlah hadits ini yang menunjukkan betapa seringnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam memberi peringatan kepada umatnya dari bahaya kaum khawarij ini.

Demikian pula yang dilakukan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Zabban bin Shabirah Al-Hanafi bahwa ia berkata ketika menceritakan keikutsertaannya dalam perang Nahrawan dalam menumpas kaum Khawarij: “Aku termasuk yang menemukan dzu tsadyah .lalu menyampaikan berita gembira ini kepada Ali radhiallahu ‘anhu, dan aku melihatnya sujud yang menunjukkan kegembiraannya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-mushannaf: 8424).

Yang dimaksud Dzu tsadyah adalah salah seorang dari kalangan khawarij yang diberitakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dzu tsadyah artinya yang memiliki benjolan pada bagian tangannya yang menyerupai payudara, bagian atasnya seperti puting payudara yang memiliki bulu-bulu kecil mirip kumis kucing. (fathul bari:12/298).

Demikianlah sikap para ulama salaf dalam menyikapi kaum teroris khawarij. Semoga Allah memelihara kita semua dari kejahatan dan makar mereka, dan semoga Allah menyelamatkan kaum muslimin dari berbagai pemikiran dan syubhat mereka yang menyesatkan manusia dari jalan Allah Azza Wajalla. Benarlah ucapan Abul ‘Aliyah rahimahullah: “Sesungguhnya aku merasakan dua kenikmatan yang aku tidak mengetahui manakah diantara dua kenikmatan tersebut yang terbesar: ketika Allah memberi hidayah kepadaku untuk memeluk islam, dan tidak menjadikan aku sebagai haruri (khawarij).” (diriwayatkan Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf:18667).

Penulis        : Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal
URL Sumber : ibnulqoyyim.com