Jumat, Maret 25, 2016

Keteladanan Sang Ulama

Salah seorang ulama masa kini yang dikenal ahli dalam fikih adalah asy-Syaikh Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Utsaimin al-Wuhaibi at-Tamimi, atau yang lebih dikenal dengan nama asy-Syaikh Ibnu Utsaimin atau asy-Syaikh Utsaimin. Darah ulama memang seakan sudah mengalir pada dirinya. Kakeknya, asy-Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman Ali ad-Damigh rahimahullah, adalah ulama. Kepada kakeknya, Utsaimin kecil belajar al-Qur’an. Kemudian dia banyak belajar pada ulama-ulama yang lain hingga kepada guru utama beliau yang terkenal sebagai ulama tafsir, yakni asy- Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah.

Menginjak remaja, Utsaimin belajar kepada asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz. Kepada asy-Syaikh bin Baz, beliau banyak menimba ilmu hadits dan fikih. Kesabaran dan keuletan adalah salah satu sifat asy-Syaikh Utsaimin yang menonjol. Saat di Unaizah—tempat kelahiran beliau—, di awal dakwah, beliau hanya diikuti oleh beberapa murid. Namun dengan kesabaran, akhirnya dakwah beliau berkembang hingga memiliki ribuan murid. Kadang meskipun dalam keadaan kurang sehat, asy-Syaikh al-’Utsaimin tetap bersemangat untuk memberikan khutbah Jum’at di al-Jami’ al-Kabir, memimpin doa, dan menemui tamu-tamu untuk menjawab pertanyaan ataupun memberikan penjelasan. Semua ini memang kemauan dari beliau sendiri. Ketika diingatkan untuk istirahat, beliau menjawab, “Istirahat adalah dengan tetap memberikan pelayanan kepada umat.”.

Suatu saat, ketika sedang melakukan rekaman untuk acara radio (Nur ‘ala Darb), asy-Syaikh al-Utsaimin tampak diserang rasa kantuk. Kesabaran, sifat toleran, dan semangat beliau untuk segala sesuatu yang di dalamnya terdapat manfaat untuk umat, demikian tampak. Beliau berusaha melawan rasa kantuknya dengan meminta berhenti sebentar dan meminta kabel mikrofon dipanjangkan sehingga beliau bisa menjawab pertanyaan sambil berdiri. Dengan mikrofon kecil yang bisa ditempelkan di baju dengan kabel yang lebih panjang, beliau melanjutkan menjawab pertanyaan sambil berjalan-jalan di sekitar ruangan untuk menghilangkan rasa kantuk. Ini dilakukan beliau sampai proses rekaman selesai.

Kebesaran jiwa dan kesabaran beliau tak pelak mengantarkan beliau menjadi ulama besar yang disegani. Beliau pernah ditawari oleh asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu asy-Syaikh (mufti pertama Kerajaan Arab Saudi) agar menduduki jabatan qadhi (hakim) tinggi, bahkan telah dikeluarkan surat pengangkatan sebagai ketua pengadilan agama di Ahsa, namun asy- Syaikh Utsaimin menolaknya secara halus. Tidak menjadi qadhi, beliau malah diberi amanah yang lebih besar, yakni anggota di Hai’ah Kibarul Ulama (semacam MUI) di Kerajaan Arab Saudi. Bukan semata-mata jabatan, setidaknya ini menjadi bukti akan kapasitas keilmuan beliau. Lebih-lebih, beliau mengiringi keilmuan itu dengan amaliah dan keteladanan.

Sebagai ulama yang teguh dalam memegang tauhid dan sunnah, membuat beliau sering menjadi “sasaran bidik” musuh-musuh dakwah tauhid dan sunnah. Berbagai celaan atau hujatan sering dialamatkan kepada beliau, terutama oleh mereka para pengusung kesyirikan dan pengusung dakwah fanatisme kelompok (partai). Fatwa-fatwa kontemporer beliau yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka, dimentahkan. Namun, keteguhan di atas hujah, mampu mementahkan kembali semua tuduhan dan fitnah itu. Umat pun insya Allah akan selalu merindukan sosoknya yang tak hanya sarat ilmu, tetapi juga mampu menerjemahkannya dalam keteladanan.

Sumber : http://asysyariah.com/pengantar-redaksi-keteladanan-sang-ulama/

WhatsApp Salafy Indonesia | http://bit.ly/ForumSalafy
read more

Allah Tidak Butuh Kepada Kita Untuk Menolong Agamanya

Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah mengatakan:

Kebenaran akan tetap ada dan agama ini akan selalu ditolong, baik melalui kita atau selain kita, yang kita takutkan adalah keselamatan diri kita sendiri.❞. 
 
Akun twitter as-Syaikh Fawaz bin 'Ali al-Madkhaly hafizhahullah
 
WhatsApp Salafy Indonesia | http://bit.ly/ForumSalafy
read more

Kamis, Maret 24, 2016

Kapan Seseorang Diketahui Sebagai Ahlus Sunnah Wal Jama'ah?

Ditanyakan kepada Sahl bin ‘Abdullah At-Tusturi: "Kapan seseorang itu diketahui bahwa dia itu sebagai Ahlus Sunnah wal Jama'ah?".
Beliau menjawab:

Jika diketahui pada dirinya 10 kriteria:
  1. Tidak meninggalkan Al-Jama’ah.
  2. Tidak mencela para shahabat Nabi shallallahu 'alahi wa sallam
  3. Tidak memberontak terhadap (penguasa) umat ini dengan mengangkat senjata.
  4. Tidak mendustakan taqdir.
  5. Tidak ragu dalam masalah iman.
  6. Tidak berdebat dalam masalah dien.
  7. Tidak meninggalkan shalat terhadap jenazah siapa saja yang dalam keadaan berdosa dari kalangan ahlul qiblah.
  8. Tidak meninggalkan mengusap atas dua khuf (dalam wudhu’).
  9. Tidak meninggalkan shalat berjama’ah di belakang waliyul amri baik yang fajir (jahat dan zhalim) maupunyang adil.❞.
Lihat Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah I/205.
* Demikianlah dalam teks aslinya hanya disebutkan sembilan poin saja.

https://telegram.me/ManhajulAnbiya | http://www.manhajul-anbiya.net

read more

Selasa, Maret 08, 2016

Sebab Kecintaan Allah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
 
Barang siapa mencintai Allah, maka wajib bagi dirinya untuk mengikuti Rasulullah dan membenarkannya terhadap setiap berita yang beliau kabarkan, menaatinya terhadap setiap perkara yang beliau perintahkan, dan meneladaninya terhadap setiap amalan yang beliau kerjakan.  
Barang siapa melakukan ini, maka sungguh dia telah melakukan suatu hal yang Allah cintai, sehingga Allah pasti akan mencintainya.❞.
 
al-'Ubudiyah/ hal. 94.
 Sumber : Channel || @roaea_alshikin_T_Q
WhatsApp Salafy Indonesia | http://bit.ly/ForumSalafy

read more

Selasa, Maret 01, 2016

Keutamaan Wanita Di Rumah

Dikeluarkan oleh Ath-Thabarani dalam al- mu'jam al-kabir (8914) dari jalur Abul Ahwas, dari Abdullah Bin Mas'ud Radhiyallähu'anhu berkata:
 
❝Sesungguhnya wanita itu aurat, dan sesungguhnya ketika wanita keluar dari rumahnya, dan tidak ada sesuatu masalah apapun dengannya, lalu syaithan menjadikan pandangan menjadi indah tertuju kepadanya. Dia (syaithan) berkata: Sesungguhnya tidak seorang pun yang engkau lewati melainkan engkau telah membuatnya takjub. Sementara wanita itu memakai pakaiannya (untuk keluar) , lalu ditanya: hendak kemana engkau? Maka dia menjawab: Aku ingin menjenguk orang sakit, atau melayat jenazah, atau shalat di masjid. Tidaklah seorang wanita menyembah Rabb- nya dengan yang lebih baik dari menyembah-Nya ketika ia berada di rumahnya.❞. (Shahih).
read more

Kamis, Februari 25, 2016

Manusia Yang Sok Naif

Kita sering mendengar kata "naif " namun tidak sedikit dikalangan kita yang tidak paham tentang maknanya...

Naif dalam KBBI artinya adalah;
[1] sangat bersahaja; tidak banyak tingkah; lugu; sederhana
[2] celaka; bodoh; tidak masuk akal.

Nah yang diinginkan dengan judul di atas adalah naif dengan makna pertama yaitu manusia yang sok lugu dan polos. Karakter seperti ini terkadang ada pada diri seseorang, ada yang sadar ada juga yang tidak sadar kalau dia punya karakter tersebut.

Berikut ini penuturan salaf akan hal tersebut.

Berkata Imam Al Fudhoil bin Iyaadh Rohimahullah Ta'ala: 
"Hai miskin!, Engkau adalah orang yang jelek namun mengira dirimu orang yang baik... Kamu adalah orang yang bodoh tapi memandang dirimu sebagai orang berilmu... Engkau adalah orang yang bakhil namun mengira dirimu adalah orang dermawan... Dikau adalah orang yang dungu tapi memandang diri sebagai orang yang cerdas... Ajalmu sudah dekat tapi angan-anganmu panjang.".

Maka Imam Adz Dzahabi mengomentari: 
"Demi Allah, bersikaplah jujur... Engkau adalah orang yang zolim tapi mengira sebagai pihak yang dizolimi... Kamu makan dari yang haram tapi menganggap diri sebagai orang yang waro'(suci)... Dikau adalah orang yang fasik namun yakin sebagai orang yang adil... Kau mencari ilmu tuk meraih dunia tapi kau anggap dirimu mencarinya karena Allah.".

Siyar A'laamin Nubala' 8/440.

Abu Sufyan Al Musy | http://bit.ly/uimusy
read more

Rabu, Februari 24, 2016

Senin, Februari 22, 2016

Buruknya Akibat Kemaksiatan

Berkata Al-Allamah Ibnuk Qayyim Rahimahullähu: 

"Barangsiapa yang memperhatikan keadaan orang- orang yang hidup dimasanya, dan apa yang Allah 'Azza wa Jalla' hilangkan berbagai kenikmatan-Nya dari mereka, maka dia mengetahui bahwa semua itu terjadi akibat buruknya akibat kemaksiatan, seperti yang dikatakan: Jika engkau merasakan sebuah kenikmatan maka peliharalah. Sesunguhnya kemaksiatan itu menghilangkan berbagai kenikmatan.".

(Bada'iul fawaaid: 2/ 206).

read more

Minggu, Februari 21, 2016

Kokoh Dan Teguh Di Atas Sunnah

asy-Syaikh al-Imam Rabi' bin Hadi al-Madkhali Hafidzahulläh mengatakan:

"Sesungguhnya kokoh di atas Sunnah bermakna kokoh di atas Islam secara total : baik prinsip maupun cabangnya, baik aqidah maupun manhajnya. Kita harus kokoh dan berpegang dengannya hingga kita berjumpa Allah Tabarak wa Ta'ala."

al-Washaya al-Manhajiyyah, 7.
 

read more

Kamis, Februari 18, 2016

Kaidah Agung Dalam Berinteraksi Bersama Istri

Berkata As-Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullähu:
 
Kemudian ketahuilah bahwa hubunganmu dengan istrimu wajib untuk kamu dudukan seperti halnya seorang lelaki yang menjadi suami bagi putrimu, bagaimana dia harus berinteraksi denganya?. Apakah kamu rela jika (suaminya-pent) memperlakukannya dengan kasar dan kekerasan?.
 
Jawabanya tentu: tidak rela, jika demikian tentu kamu tidak rela memperlakuan anak perempuan orang dengan  apa yang kamu tidak rela diperlakukan dengan demikian itu terhadap anak perempuanmu! Ini kaidah yang harus diketahui setiap orang.

syarhul mumti' 12/381.
read more

Rabu, Februari 17, 2016

Hiburan Bagi Yang Mengalami Rasa Sakit ...

Berkata Imam Ibnul Qoyyim -rahimahullohu- : 
 
"Maka rasa sakit dan kesusahan (yang ada) mungkin merupakan bentuk ihsan dan rahmat atau mungkin bentuk keadilan dan hikmah atau mungkin bentuk perbaikan dan persiapan untuk kebaikan yang akan datang setelahnya atau mungkin untuk menghilangkan rasa sakit yang lebih susah (ia hadapi,pent) darinya "

Lihat Kitab 'Syifaa ul Aliil (1/250).

http://bit.ly/Fawwaz-almadkhali-indonesia
read more

Selasa, Februari 16, 2016

Inilah Dakwah Salafiyyah, Inilah Salafy

Fadhilatu asy-Syaikh al-'Allamah Rabi' bin Hadi al-Madkhali Hafidzahulläh:

❝Aku wasiatkan kepada Anda wahai saudara-saudaraku, hendaknya berjalan di atas prinsip Salafus Shalih, dalam hal keilmuan, akhlak, dan dakwah. BUKAN sikap keras, BUKAN pula ekstrim!!. Namun dakwah yang diiringi dengan: sifat bijak, kasih sayang,  dan akhlaq yang luhur. Demi Allah, Dakwah Salafiyyah akan tersebar dengan cara-cara/sifat-sifat yang bagus tersebut.

Aku katakan: Sebagian orang secara zhalim menisbahkan diri kepada manhaj ini. Mereka tampil dengan cara-cara dan akhlaq rendahan, di antaranya memukul Salafiyyah dengan nama Salafiyyah. Mereka mencemarkan Dakwah Salafiyyah dengan cara-cara seperti itu.
Maka aku nasehatkan kepada para pemuda, hendaknya bertaqwa kepada Allah, mempelajari ilmu yang bermanfaat, melakukan amal shalih, dan berdakwah kepada umat manusia dengan bekal ilmu dan hikmah.❞.

adz-Dzari'ah 3/214.

read more

Senin, Februari 15, 2016

Nasehat Untuk Calon Mertua

Asy Syeikh Bin Baaz Rahimahullähu:

❝Hendaknya seorang laki laki mencari wanita yang solihah, demikian pula  seorang wanita dan wali mereka hendaknya mencari LAKI LAKI YANG SHOLIH, jangan kemudian ASAL DATANG laki laki dari kalangan orang kafir dari orang yang tidak sholat (asy Syeikh berpendapat kafirnya orang yang meninggalkan sholat), juga dari kalangan laki laki peminum khomer, dan orang yang suka mabuk, yang mana mereka ini akan memudhoroti istri mereka dan tidak mendatangkan manfaat.

Selayaknya bagi wanita dan wali mereka janganlah yang menjadi ambisi mereka bahwa calon menantu mereka itu harus fulan bin fulan, atau sudah punya pekerjaan, atau seorang pedagang, atau dia masih single. Bukan ini timbangannya!!.

Hendaknya dipilih laki laki yang SHOLIH walaupun FAQIR!! Allah akan mencukupi dari keutamaannya. Sebagaimana firman Allah: "Dan nikahkanlah anak anak janda kalian, dan budak kalian yang sholih dan sholihah, apabila mereka faqir maka Allah akan mencukupinya dengan keutamaannya" (surat An Nuur 32).

Dan di dalam hadist; "3 orang yang menjadi hak Allah untuk membantu mereka", yang mana Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam menyebutkan di antara mereka yaitu orang yang menikah untuk menjaga dirinya.

Orang yang menikah untuk menjaga dirinya maka Allah akan bantu dia, walaupun dengan dia BERHUTANG, walaupun dia MEMINJAM, walaupun dengan cara membeli dengan tempo waktu, kemudian dia menjualnya, kemudian dia menikah maka ALLAH AKAN BANTU DIA, dan Allah yang akan menggantinya.

Sebagaimana sabda Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam: Barangsiapa yang mengambil (dengan keridhoan pemilik) harta manusia dan dia berniat akan menggantinya, maka Allah akan menggantinya, barang siapa yang mengambil harta manusia dengan niat untuk menghancurkannya, maka Allah akan menghancurkannya.❞.

Idzharul Bayyinaat 'An Mahasinit Ta'adduduz Zaujaat 9-10.
Alih bahasa: Abu Arifah Muhammad Bin Yahya Bahraisy
read more

Minggu, Februari 14, 2016

Mengais Rizki Halal Adalah Kehormatan

Dari Al-Miqdam Radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Tidaklah seorang memakan makanan yang lebih baik dari hasil usaha tangannya (sendiri), dan sungguh Nabi Dawud ‘alaihissalam makan dari hasil usaha tangannya (sendiri)” HR. Al-Bukhari no 2072.

Berkata Ibnu Abbas Rodhiyallahu 'anhu: "Dahulu kala Nabi Adam alaihi Sallam adalah seorang pembajak tanah, Nabi Nuh seorang tukang kayu, Nabi Idris seorang penjahit, Nabi Ibrohim dan Nabi luth seorang petani, Nabi Sholih seorang pedagang, Nabi Dawud seorang pandai besi, Nabi Musa, Nabi Su'aib, Nabi Muhammad bin Abdillah Sholawatullah Ta'ala Alaihim adalah seorang pengembala." 
Mukhtashor Minhajul Qoshidin hal 75.

Ada orang yang bertanya pada Abdullah Ibnul Mubarok: “Engkau mengekspor barang-barang dagangan dari negeri Khurasan ke Tanah Haram(Mekkah), bagaimana ini?”.

Maka Abdullah Ibnul Mubarak menjawab: “Sesungguhnya aku melakukan  itu hanya untuk menjaga wajahku (dari kehinaan meminta-minta), memuliakan kehormatanku (agar tidak menjadi beban bagi orang lain), dan menggunakannya untuk membantuku dalam ketaatan kepada Allah”. 

Lalu Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “Wahai Abdullah Ibnul Mubarak, alangkah mulianya tujuanmu itu jika semuanya benar-benar terbukti." 
Tahdzibul Kamal (16/20) dan  Siyaru A’laamin Nubala’ (8/387).
 
Abu Sufyan Al Musy | http://bit.ly/uimusy
read more

Antara Asfaliin dan A'liiina

Berkata Imam Ibnul Qoyyim -Rahimahullähu- : 

❝Maka setiap kali seorang hamba melakukan kemaksiatan ia akan turun ke derajat yang lebih rendah; Dia akan senantiasa turun sampai jadilah ia termasuk Asfaliin (Orang-orang yang berada pada tingkatan rendah, pent.). Dan setiap kali ia beramal ketaatan maka ia akan naik derajatnya; Dan akan senantiasa naik sampai ia tedrmasuk golongan A'liiina (Orang yang tinggi derajatnya, pent.).

Dan terkadang terkumpul pada seorang hamba pada hari-hari dalam kehidupannya; Naik karena satu sebab dan Turun karena sebab yang lain. Dan mana di antara keduanya yang lebih kuat maka dia menjadi kelompoknya. Maka tidaklah orang yang naik 100 derajat dan hanya turun 1 derajat sama dengan sebaliknya.❞.

Al-Jawaabul Kaafi 1/86.
read more

Jumat, Februari 12, 2016

Jangan Peduli Celaan Mereka!!!

Berkata Al-Allamah As-Sa'di Rahimahullähu:

Termasuk di antara hal yang bermanfaat, adalah Engkau mengerti bahwa gangguan manusia terhadapmu, terkhusus ucapan-ucapan buruk, tidaklah memudaratkanmu, namun memudaratkan mereka, kecuali jika Engkau menyibukkan dirimu untuk memperhatikannya, dan memberinya kesempatan untuk menguasai perasaanmu, maka di saat itu akan memudaratkanmu sebagaimana juga memudaratkan mereka. Namun jika Engkau tidak memperdulikannya, maka tidak akan memudaratkanmu sedikitpun.❞.

Al-Wasaail al-mufidah,hal: 24.
read more

Sabtu, Februari 06, 2016

Nasehati Saudaramu Dengan Lembut

Berkata Al-Allamah Rabi' Bin Hadi Al-Madkhali Hafidzahulläh:
 
Jika saudaramu melakukan kesalahan maka nasehatilah dia dengan lemah lembut, dan sampaikan kepadanya hujjah dan penjelasan yang semoga Allah 'Azza wa Jalla' memberi manfaat dengannya....
 Adapun jika engkau duduk sambil menunggu si fulan bersalah, lalu kamu bangkit dan bereaksi keras bahwa fulan telah melakukan ini dan itu, maka ini merupakan metode syaithan, dan bukan metode salafiyin.❞.
 
(Bahjatul Qari: 107).

read more

Seandainya Kita Tidak Pernah Berdosa

Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu anhu, Rosulullah Sholallahu alaihi wa Sallam bersabda:
 
Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) ujub ! ujub !❞.
(HR Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman no 6868, hadits ini dinyatakan oleh Al-Munaawi bahwasanya isnadnya jayyid (baik) dalam at-Taisiir, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami' no 5303).

Imam Al-Munaawi Rahimahullähu berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengulangi-ngulanginya (penyebutan ujub) sebagai tambahan (penekanan) untuk menjauhkan (umatnya) dan mengingatkan (umatnya). Hal ini dikarenakan pelaku maksiat mengakui kekurangannya maka masih diharapkan ia akan bertaubat, adapun orang yang ujub maka ia terpedaya dengan amalannya, maka jauh/sulit baginya untuk bertaubat.❞.
(At-Taisiir bisyarh Al-Jaami' as-Shoghiir 2/606).
read more

Bergembiralah Wahai Orang Yang Mendoakan Kebaikan Untuk Saudaranya Tanpa Sepengetahuannya

Rasululläh Shalallähu ‘Alaihi wa Salam bersabda: 
 
Tidaklah seorang hamba muslim mendoakan kebaikan untuk saudaranya tanpa diketahui oleh seorang pun, kecuali malaikat akan mendoakan untuknya dengan mengucapkan, 'Semoga engkau juga mendapatkan yang semisalnya.❞.
 
HR. Muslim no. 2732.
 
Duhai alangkah bagusnya jika engkau mendoakan kebaikan untuk saudaramu dalam sujudmu dengan kebaikan dunia dan akhirat, hingga malaikat mendoakan kebaikan untukmu dengan seizin Allah.
read more

Ubudiyyah Kepada Allah Semata Dan Tidak Butuh Kepada Selain-Nya

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullähu berkata:
 
Semakin kuat ambisi seorang hamba terhadap karunia dan rahmat Allah,  berharap kepada-Nya agar terpenuhi segala kebutuhannya dan tertolak berbagai bahaya darinya, maka semakian kuat pula 'ubudiyyah (peribadatan) si hamba kepada-Nya dan benar-benar tidak butuh terhadap segala sesuatu selain-Nya.

Sebagaimana ambisi hamba kepada makhluk akan mengantarkan untuk mengibadahinya, demikian pula putus asa dari makhluk akan mengantarkan kepada perasaan tidak butuh terhadapnya.❞.

al-'Ubudiyyah, hal 86.

https://bit.ly/ManhajulAnbiya
read more

Minggu, Januari 24, 2016

Apakah Pada Shalat Jumat Ada Sunah Qobliyyah?

Fadhilatus syaikh Ibnu ‘Utsaimin Rahimahullähu ditanya:
 
Apakah sunnah jumat, sunnah yang sebelum jumat dan antara adzan pertama dan adzan kedua adalah bid’ah atau bukan?.

JAWABAN:

❝Segala puji hanya bagi Allah Rabb alam semesta; dan aku panjatkan shalawat dan salam bagi Nabi kita Muhammad dan atas keluarganya serta para sahabatnya semua…

Shalat jumat tidak ada padanya sunnah rawatib sebelumnya (qobliyyah), bahkan apabila seorang insan hadir ke masjid dia menunaikan shalat apa yang dia mampu lakukan tanpa adanya pembatasan… dia boleh mendirikan shalat dua raka’at, shalat empat raka’at, shalat enam raka’at, shalat sesuka dia, dan melakukan salam setiap dua raka’atnya…

Adapun apa yang dilakukan sebagian orang dari berdiri melakukan shalat di antara adzan pertama dan kedua maka ini tidak ada dalilnya dan tidak disyariatkan…

Adapun setelah shalat jumat maka jumat memiliki sunnah, (di mana) kebiasaan Nabi Shalallähu ‘Alaihi wa Salam melakukan shalat dua raka’at setelah jumat di rumahnya, dan beliau Shalallähu ‘Alaihi wa Salam bersabda: “Apabila salahsatu kalian shalat jumat maka hendaknya dia shalat setelahnya empat (raka’at).“.

Maka di sini empat raka’at yang DIPERINTAHKAN Rasulullah Shalallähu ‘Alaihi wa Salam, dan di sini dua raka’at yang DILAKUKAN Rasulullah Shalallähu ‘Alaihi wa Salam ..

Di antara ulama ada yang berpendapat:

▪️ kita hanya mengambil perbuatannya sehingga yang sunnah setelah jumat ialah dua raka’at.

▪️ di antara mereka ada yang mengatakan: kita mengambil ucapannya sehingga yang sunnah setelah jumat adalah empat raka’at.

▪️ di antara mereka ada yang menyatakan: kita gabungkan antara keduanya sehingga kita shalat enam raka’at.

▪️ dan di antara mereka ada yang merinci dan mengatakan: “Jika shalat di rumahnya maka shalat dua raka’at, dan jika shalat di masjid maka shalat empat raka’at.”

▪️ dan di antara mereka ada yang mengatakan: bahwa ini termasuk bentuk ibadah yang beragam, maka terkadang shalat empat raka’at dan terkadang shalat dua raka’at.


Dan yang lebih dekat untuk dikatakan tentang hal itu ialah: “Jika dia melakukan shalat di rumahnya, jika dia shalat rawatib setelah jumat di rumah maka dua raka’at saja sebagai bentuk mencontoh Rasulullah Shalallähu ‘Alaihi wa Salam, dan jika melakukan shalatnya di masjid maka empat raka’at sebagai bentuk memenuhi perintah beliau Shalallähu ‘Alaihi wa Salam.❞.

••┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈••

Silsilah Fatawa Nur ‘Ala Ad-Darb | kaset no. [184].

Audio: http://zadgroup.net/bnothemen/upload/ftawamp3/Lw_184_01.mp3.
read more

Kamis, Januari 21, 2016

Hukum Mengaku Sebagai Seorang Salafy

As-Syaikh Muqbil bin Hady al-Wadi’i rahimahullahu ta’ala.
 
Pertanyaan: “Apa hukum mengaku sebagai pengikut da’wah salafiyyah dan menyebut diri sebagai Salafy (Pengikut da’wah salaf)?”.

Jawaban :

Suatu hal yang bagus. Sama saja mau mengaku sebagai pengikut dakwah salafiyyah, ataukah pengikut sunnah”.

Sebagian orang berkata: ”Jangan menisbatkan diri kepada Ahlus Sunnah, dikarenakan didapatkan adanya Ahlul Bid’ah”.

Tidak demikian. Siapakah Seorang Ahlus Sunnah? Seorang Ahlus Sunnah adalah seorang yang konsisten dengan al-Kitab dan as-Sunnah sesuai pemahaman salafus shalih. Sehingga sama saja, apakah engkau berkata: “Saya seorang Salafy, ataukah saya seorang Sunny. Apabila engkau termasuk seorang Ahlul Hadits, tidak mengapa engkau katakan : ”Saya seorang Muhaddits”.

Penisbatan ini tidaklah sama sebagaimana penisbatan hizbiyyin.

Saya seorang Ikhwani” (pengikut ikhwanul muslimin). Kepada siapa engkau menisbatkan diri? ternyata kepada Hasan al-Banna.

Saya seorang Tablighi” (pengikut jama’ah tabligh). Kepada siapa engkau menisbatkan diri? ternyata kepada Muhammad Ilyas.

Saya seorang Syi’i (pengikut syiah). Kepada siapa engkau menisbatkan diri? Mereka menjawab: “Kepada Ali bin Abi Thalib”. Ini tidaklah benar, bahkan kalian menisbatkan diri kepada Abdullah bin Saba’. Benar, kalian adalah orang-orang yang menisbatkan diri kepada Abdullah bin Saba’, janganlah kalian mendzhalimi Ali .

Demi Allah wahai ikhwan sekalian, mereka (Syi’ah Rafidhah) telah mendzhalimi Ali, sungguh mereka telah mendzhaliminya.

Saya pernah membaca sebuah kitab “ar-Risalah al-Wazi’ah Lil Mu’tadin ‘an Sabbi Shahabati Sayyidil Mursalin”. Di dalamnya disebutkan bahwa Ilmu Tasawwuf dinisbatkan kepada Ali. Demikian pula Khawarij, ilmu mereka dinisbatkan kepada Ali. Terus (jika demikian) atas dasar apa Ali memerangi Khawarij, dan mereka memerangi Ali wahai orang-orang yang dungu?.

Demikian pula, mereka katakan bahwa ilmu mu’tazilah diambil dari Ali. Bahkan mereka sebutkan beberapa cabang ilmu lainnya juga diambil dari Ali, bahkan Ilmu Nahwu. Kita tidak temukan adanya sanad shahih yang menyebutkan bahwa Ilmu Nahwu dinisbatkan kepada Ali.

Kita sebutkan ini bukan karena dengki kepada Ali radhiyallahu‘anhu yang telah Allah anugerahkan kepada beliau pemahaman yang lurus dan pemikiran yang cemerlang. Bahkan Allah telah karuniakan kepadanya keutamaan yang banyak.

Tidak sama dengan cara pandangnya orang-orang Syia’h : “Ali adalah manusia terbaik, barangsiapa yang tidak mengakuinya maka dia telah kafir”. Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam Kitab al-Bidayah wa an-Nihayah :  “Ucapan palsu, semoga Allah memburukkan seorang rafidhah yang telah memalsukannya”.

Diambil dari kaset “al-Qaul an-Naqy Fii Ma’na Salafy”.
Faedah dari: Ustadz Hamzah Rifai La Firlaz Hafizhahullah
Sumber : http://forumsalafy.net/hukum-mengaku-sebagai-seorang-salafy/
https://telegram.me/forumsalafy
read more

Kesabaran Syaikh Albani Dalam Belajar Dan Mengajar

Berkata salah seorang murid Asy-Syaikh:
 
Sesungguhnya Asy-Syaikh beliau pernah duduk semalam suntuk. Sampai-sampai ketika dikumandangkan adzan fajar di kota Madinah beliau sedang berdialog dengan salah seorang pemuda.

Setelah sholat fajar ditunaikan di Masjid Nabawi beliaupun ingin pergi ke kota Mekkah untuk mengerjakan Umroh maka kamipun berkata kepada beliau : "Engkau belum tidur", Beliaupun berkata : "Aku masih merasa kuat dan semangat". Maka beliau segera menaiki mobil dan kami ikut safar bersama Syaikh ke kota Mekkah.

Saat kira-kira jam 9 pagi beliau memarkirkan mobil di bawah naungan pohon dan beliau berpesan "Aku akan tidur 1/4 jam saja apabila aku belum bangun maka bangunkanlah aku". Maka kami bergumam dalam hati, "Kita tidak akan membangunkan Syaikh sampai beliau beristirahat".

Namun tatkala 1/4 jam berlalu beliau terbangun kemudian kembali menaiki mobil dan kamipun bertolak menuju Mekkah dan menunaikan umroh di sana.

Setelah itu beliau menyempatkan pergi ke salah satu rumah kerabatnya dan ternyata para penuntut 'ilmu telah duduk menunggu Asy-Syaikh. Maka Syaikhpun duduk bersama mereka sebagaimana kebiasaan Syaikh saat dialog dan diskusi bahkan sampai malam hari tanpa terasa letih.

Maqolaat Albani // Nurud Diin Tholib (218).

Dan murid Syaikh juga mengatakan: "Termasuk di antara hal yang menunjukkan kesabaran Syaikh dalam menuntut 'ilmu ... Bahwa Syaikh Nashir naik ke tangga perpustakaan Dzohiriyyah untuk mengambil kitab manuskrip, setelah memperoleh kitab dan membukanya, Beliau tetap berdiri di atas tangga beliau membaca kitab selama 6 jam lebih.".

Maqolat Albani // Nuruddin Tholib (220).

Fawwaz bin Ali al-Madkhali
https://telegram.me/Fawwazalmadkhaliindonesia
read more

Tunaikan Hak Allah 'Azza Wa Jalla' Dalam Kehidupan Dunia

Berkata Al-Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullähu:
 
"Seorang hamba memiliki dua kedudukan di hadapan Allah 'Azza wa Jalla': kedudukan pertama di hadapan Allah 'Azza wa Jalla' ketika shalat, dan kedudukan kedua di hadapan-Nya di hari pertemuan dengan-Nya. 

Maka siapa yang menegakkan hak-Nya pada kedudukan yang pertama, maka akan diringankan urusannya pada kedudukan kedua, dan siapa yang menganggap remeh pada kedudukan pertamanya dan tidak menunaikan hak-Nya, maka dia akan dipersulit pada kedudukan yang berikutnya. 

Allah 'Azza wa Jalla' berfirman: "Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari. Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat)". (QS.Al-Insan:26- 27).

https://telegram.me/Askarybinjamal

read more

Keterkaitan Erat Malaikat Dengan Manusia

Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullähu berkata;
 
❝Allah mewakilkan kepada para malaikat proses penciptaan manusia, memindahkan dari satu tahapan ke tahapan berikutnya,  membentuk ciptaannya dan menjaganya dalam kegelapan yang berlapis-lapis.Menuliskan catatan taqdir : rizkinya, amalnya, ajalnya, dan dia itu celaka ataukah bahagia.
 
Malaikat senantiasa menyertainya dalam segala kondisinya,  menghitung semua ucapan dan amalannya. Malaikat senantiasa menjaga manusia selama hidupnya, mencabut ruhnya ketika wafatnya lalu disampaikan kepada Penciptanya. Allah juga mewakilkan kepada malaikat untuk memberikan adzab dan nikmat di alam barzakh dan setelah kebangkitan. Juga diwakilkan kepada Malaikat untuk menjalankan alat-alat nikmat dan adzab.
 
Malaikat akan mengokohkan/menguatkan hamba mukmin dengan izin Allah, mengajarkan kepadanya hal yang bermanfaat baginya, dan merupakan para tentara yang membelanya. Malaikat adalah para pembela hamba di dunia dan di akhirat, menyiapkannya untuk berbuat kebaikan,  mengajak kepadanya, serta mencegah dan memperingatkannya dari kejelekan.
 
Jadi malaikat adalah para wali dan penolong hamba,  penjaga dan pengajarnya,  senantiasa memberikan nasihat kepada sang hamba, dan para juru dakwah bagi hamba, serta senantiasa memohonkan ampun untuknya.

Para malaikat memberikan shalawat (do'a)  terhadapa hamba selama dia mentaati Rabb-nya, bershalawat kepadanya selama dia mengajarkan kebaikan kepada umat manusia.
Malaikat memberikan berita gembira kepada hamba tentang berbagai pemuliaan dari Allah dalam mimpinya dan ketika kematiannya, serta pada hari kebangkitan.

Malaikat yang mengajak hamba untuk zuhud terhadap dunia,  dan bersemangat terhadap akhirat.

Malaikat mengingatkan sang hamba ketika lupa, menjadikannya bersemangat ketika malas, menguatkannya ketika ketakutan.

Malaikat berupaya keras demi kemashlahatan dunia dan akhirat sang hamba. Mereka adalah para utusan Allah di tengah makhluk-Nya dan perintah-Nya. Para duta-Nya antara Dia dengan para hamba-Nya.    Para malaikat berbondong-bondong turun dengan membawa urusan di segenap penjuru alam,  dan naik kepada-Nya dengan membawa urusan.❞.

Ighatsah al-Lahfan, 2/125-126.
https://telegram.me/ManhajulAnbiya

read more

Membaca Al-Quran Dalam Pesta Pernikahan

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin Rahimahullähu ditanya;

PERTANYAAN: 
Berkata penanya ini: Fadhilatus syaikh, apa hukum syariat dalam pandangan Anda tentang mereka orang-orang yang membacakan Al-Quran dalam pesta pernikahan di mana mereka membuatkan bagi mereka tenda-tenda, dan mereka mempersiapkan pengeras suara secara sewa dalam satu jam dengan harga yang sangat mahal, dan fenomena ini tersebar di sebagian negeri, apakah amalan ini boleh?.
 
JAWABAN: 
 
Syaikh: Iya, tidak diragukan bahwa sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shalallähu ‘Alaihi wa Salam, dan tidak diragukan bahwa Nabi Shalallähu ‘Alaihi wa Salam mengagungkan kalam Allah Ta'ala lebih banyak dari apa yang telah kita agungkan, dan tidak diragukan bahwa Nabi Shalallähu ‘Alaihi wa Salam lebih semangat dari kita atas suatu kebaikan dan atas suatu ibadah dengan Kitabulloh.
 
Namun kendati demikian beliau tidak menjadikan ini sebagai manhajnya (jalan hidupnya) selamanya dengan hadir di hadapan manusia di hari-hari pernikahan demi membacakan kepada mereka Al-Quran, dan setiap amalan yang tidak ada padanya perintah Allah dan Rasul-Nya maka ia tertolak atas pelakunya.
 
Oleh karenanya kami nasehatkan kepada saudara-saudara kami kaum muslimin dari yang semisal amalan-amalan ini yang dimaksudkan dengannya beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla namun ibadah tersebut tidak pernah teriwayatkan dari Nabi. Iya.
 
•┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈•
Silsilah Fatawa Nur 'Ala Ad-Darb | Kaset no. [329].
Audio: http://zadgroup.net/bnothemen/upload/ftawamp3/Lw_329_24.mp3
http://telegram.me/An_Nikaah

read more

Selasa, Januari 05, 2016

Tidak Terjadi Sesuatu Darinya Kecuali Dengan Kehendak Dan Kemampuan Allah

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullähu:
 
❝Maka mahalnya harga barang dengan kenaikan harganya dan murahnya harga dengan turunnya; Keduanya termasuk kejadian tiada yang menciptakankannya melainkan Allah semata; Tidak terjadi sesuatu darinya kecuali dengan kehendak dan kemampuan Allah.
 
Namun terkadang Allah jadikan sebagian yang dilakukan hamba-hambaNya sebab sebagian kejadian; Sebagaimana Allah jadikan tindakan pembunuhan pembunuh sebagai sebab terbunuhnya korban.
 
Dan tingginya harga barang terkadang disebabkan kedzaliman hamba-hambaNya; dan turunnya harga terkadang disebabkan kebaikan sebagian manusia ❞.
 
Majmu' Fatawa (8/519).
read more

Jadikan Tidurmu Sebagai Keadaan Terendahmu

Seorang mukmin berusaha mengisi waktu-waktu di masa hidupnya dengan berbagai hal-hal yang bermanfaat, dengan menjadikan hati, lisan, dan anggota tubuh senantiasa tersibukkan dengan perkara yang mendekatkan dirinya kepada Allah 'Azza wa Jalla', mulai dari bangun tidur hingga akan tidur kembali, dan tidur menjadi keadaannya yang paling rendah, sebab dia sedang beristirahat dari menjalankan ketaatan. 
 
Berbeda halnya dengan seorang fajir yang gemar berbuat kemaksiatan, waktunya dihabiskan untuk hal-hal yang menjauhkan dirinya dari Allah 'Azza wa Jalla', sehingga ia senantiasa memudaratkan dirinya dan juga orang lain. Keadaan terbaik seorang yang fajir adalah disaat dia sedang tidur, sebab di kala itu dia sedang tidak melakukan perkara yang memudaratkan dirinya dan juga orang lain. Benar apa yang dikatakan oleh Khalid bin Ma'dan Rahimahullähu:
 
أدنى حالات المؤمن أن يكون نائما، وخير حالات الفاجر أن يكون نائما
"Keadaan terendah seorang mukmin adalah disaat ia sedang tidur, dan keadaan terbaik seorang yang fajir adalah juga disaat ia sedang tidur." (Hasyiyah 'alal muntaha,karya Al-Khalwati: 1/ 112).
read more

Menyikapi Salafi Yang Mesra Bersama Ahli Bid'ah

Al-'Allamah Ahmad bin Yahya An-Najmi rahimahullah:
 
❝Barangsiapa yang dikenal dengan ke-salafi-annya, namun dia diingkari karena suatu perkara: seperti bermajelis dengan ahli bid'ah dan berjalan bersama mereka, memberikan udzur (dispensasi) bagi mereka dan membenarkan madzhab mereka (ahli bid'ah). Maka dia dinasehati karena perkara ini, dan diulang nasehat baginya hingga para pemeluk manhaj salafi tidak membuatnya merugi.
 
Namun jika dia tetap melakukan kemungkaran tersebut: dia digolongkan dengan ahli bid'ah, dan hal itu tidak boleh dilakukan dengan berita-berita yang tidak valid; bahkan sepatutnya untuk tidak membangun perkara ini kecuali di atas berita-berita yang telah diketahui dan terpercaya.
 
Dan bukan termasuk sikap ahlussunnah dan bukan pula termasuk jalan mereka membenarkan ahli bid'ah, dan jangan mencari udzur bagi mereka dan tidak membenarkan madzhab mereka, dan tidak sepantasnya tergesa-gesa dalam menghukumi pemeluk manhaj salafi bahwa mereka adalah para mubtadi' dan mentahdzir mereka; hingga dinasehati orang yang diingkari berulang kali.
 
Maka apabila para pemeluk manhaj salafi telah meminta udzur dengan berulang kali menasehati orang tersebut atas perilakunya, di saat itulah: dia dihukumi dengan bid'ah dan digolongkan dengan mubtadi', adapun tanpa tahapan ini maka tidak sepatutnya tergesa-gesa dalam menghukuminya.❞.
 
•┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈•
 
Al-Qoul Al-Hatsits 'Ala 'Aqidah Ahli Al-Hadits Min Maqolat Al-Islamiyyin, halaman (160-161).

http://bit.do/mutiaraASK

read more

Demontrasi Adalah Termasuk Perkara Bid’ah

Menjawab pertanyaan yang ditujukan kepada yang mulia Al-Allaamah Zaid bin Muhammad Al-Madkhali rahimahullah tentang masalah demonstrasi yang terjadi di negeri-negeri islam, dan anggapan bolehnya demo oleh sebagian orang, khususnya jika demonya itu damai tanpa membawa senjata. Maka beliau rahimahullah berkata:
 
❝Demonstrasi termasuk perkara yang baru dalam agama, dan setiap perkara yang baru dalam agama itu adalah bidah dan setiap bidah itu sesat dan setiap kesesatan itu di neraka. Yang demikian itu karena syariat Allah itu telah sempurna, kitab dan sunnah. 
 
Dan kita tidak mengetahui sedikitpun dari dalil al-kitab dan as-sunnah yang membolehkan sekelompok manusia untuk berkumpul lalu melakukan demontrasi yang terdapat di dalamnya pengacauan terhadap manusia, menghabiskan waktu, dan lebih parah dari itu adalah ditinggalkan shalat-shalat, terjadi di dalamnya pembunuhan. 
 
Maka seandainya dalam satu demo terbunuh satu orang muslim, yang menanggung dosanya adalah orang yang mengajak melakukan demo-demo tersebut. Sama saja, apakah seorang pribadi, sekelompok masyarakat ataupun komunitas. Dan dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan:
Sungguh hilangnya dunia ini lebih ringan di sisi Allah daripada pembunuhan terhadap seorang muslim. (HR. Sunan An-Nasaa’i, bab Ta’zhiimu Ad-dami 7-87 dan At-Tirmidzi dalam bab Maa jaa’a ‘an Tasydiid qatlil mukmin, 4-16).❞.
Selengkapnya baca || http://forumsalafy.net/demontrasi-adalah-termasuk-perkara-bidah/
http://bit.ly/ForumSalafy

read more

Eksekusi Mati Terhadap Para Perusak Di Muka Bumi

EKSEKUSI MATI TERHADAP PARA PERUSAK DI MUKA BUMI dalam rekam sejarah:

Tokoh Bi'dah bernama Ghailan, di-eksekusi mati oleh Khalifah Hisyam bin Abdil Malik (Khalifah ke-10 dari kalangan Bani Umayyah, w. 125 H/743 M). Kemudian ada ganjalan pada diri Sang Khalifah Hisyam.
Maka Numair bin Aus menulis surat kepadanya, (isinya) : "Eksekusi mati terhadap Ghailan ada salah satu kemenangan besar dari Allah untuk umat ini.".
Rajaa' bin Haiwah juga menulis kepada Hisyam, (isinya): "Sampai berita kepadaku bahwa ada ganjalan di hati Anda setelah eksekusi mati Ghailan dan Shalih. Demi Allah,  eksekusi mati kedua tokoh itu LEBIH UTAMA dari pada membunuh dua ribu tentara Romawi.".
Tatkala berita tentang tindakan Khalifah Hisyam mengeksekusi mati Ghailan sampai kepada 'Ubadah bin Nusai,  maka 'Ubadah segera mengatakan,  "Tindakan yang sesuai dengan Sunnah dan Hukum. Sungguh aku akan datang kepada Amirul Mukminin (yakni sang Khalifah), dan akan aku nyatakan baik tindakannya.".

Al-Qadar,  al-Firyabi 284-286.
https://bit.ly/ManhajulAnbiya

read more

Nasehat Sunnahnya Dilakukan Secara Berselang

Asy Syaikh al Allamah Zaid bin Muhammad al Madkhali rahimahullah berkata,

Bahwasanya mauizhah (nasehat), sunnahnya dilakukan oleh seseorang kepada kaumnya secara berselang. Adapun mengkaji ilmu dan mengajarkan pemahaman tentang agama Islam, maka sungguh mereka sangat butuh untuk berkesinambungan padanya, hingga benar-benar meraih darinya bagian yang mencukupi.

Nuzhatul Qari Syarh Kitab al Ilmi min Shahih al Bukhari, hlm. 81.


read more