Minggu, Januari 24, 2016

Apakah Pada Shalat Jumat Ada Sunah Qobliyyah?

Fadhilatus syaikh Ibnu ‘Utsaimin Rahimahullähu ditanya:
 
Apakah sunnah jumat, sunnah yang sebelum jumat dan antara adzan pertama dan adzan kedua adalah bid’ah atau bukan?.

JAWABAN:

❝Segala puji hanya bagi Allah Rabb alam semesta; dan aku panjatkan shalawat dan salam bagi Nabi kita Muhammad dan atas keluarganya serta para sahabatnya semua…

Shalat jumat tidak ada padanya sunnah rawatib sebelumnya (qobliyyah), bahkan apabila seorang insan hadir ke masjid dia menunaikan shalat apa yang dia mampu lakukan tanpa adanya pembatasan… dia boleh mendirikan shalat dua raka’at, shalat empat raka’at, shalat enam raka’at, shalat sesuka dia, dan melakukan salam setiap dua raka’atnya…

Adapun apa yang dilakukan sebagian orang dari berdiri melakukan shalat di antara adzan pertama dan kedua maka ini tidak ada dalilnya dan tidak disyariatkan…

Adapun setelah shalat jumat maka jumat memiliki sunnah, (di mana) kebiasaan Nabi Shalallähu ‘Alaihi wa Salam melakukan shalat dua raka’at setelah jumat di rumahnya, dan beliau Shalallähu ‘Alaihi wa Salam bersabda: “Apabila salahsatu kalian shalat jumat maka hendaknya dia shalat setelahnya empat (raka’at).“.

Maka di sini empat raka’at yang DIPERINTAHKAN Rasulullah Shalallähu ‘Alaihi wa Salam, dan di sini dua raka’at yang DILAKUKAN Rasulullah Shalallähu ‘Alaihi wa Salam ..

Di antara ulama ada yang berpendapat:

▪️ kita hanya mengambil perbuatannya sehingga yang sunnah setelah jumat ialah dua raka’at.

▪️ di antara mereka ada yang mengatakan: kita mengambil ucapannya sehingga yang sunnah setelah jumat adalah empat raka’at.

▪️ di antara mereka ada yang menyatakan: kita gabungkan antara keduanya sehingga kita shalat enam raka’at.

▪️ dan di antara mereka ada yang merinci dan mengatakan: “Jika shalat di rumahnya maka shalat dua raka’at, dan jika shalat di masjid maka shalat empat raka’at.”

▪️ dan di antara mereka ada yang mengatakan: bahwa ini termasuk bentuk ibadah yang beragam, maka terkadang shalat empat raka’at dan terkadang shalat dua raka’at.


Dan yang lebih dekat untuk dikatakan tentang hal itu ialah: “Jika dia melakukan shalat di rumahnya, jika dia shalat rawatib setelah jumat di rumah maka dua raka’at saja sebagai bentuk mencontoh Rasulullah Shalallähu ‘Alaihi wa Salam, dan jika melakukan shalatnya di masjid maka empat raka’at sebagai bentuk memenuhi perintah beliau Shalallähu ‘Alaihi wa Salam.❞.

••┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈••

Silsilah Fatawa Nur ‘Ala Ad-Darb | kaset no. [184].

Audio: http://zadgroup.net/bnothemen/upload/ftawamp3/Lw_184_01.mp3.
read more

Kamis, Januari 21, 2016

Hukum Mengaku Sebagai Seorang Salafy

As-Syaikh Muqbil bin Hady al-Wadi’i rahimahullahu ta’ala.
 
Pertanyaan: “Apa hukum mengaku sebagai pengikut da’wah salafiyyah dan menyebut diri sebagai Salafy (Pengikut da’wah salaf)?”.

Jawaban :

Suatu hal yang bagus. Sama saja mau mengaku sebagai pengikut dakwah salafiyyah, ataukah pengikut sunnah”.

Sebagian orang berkata: ”Jangan menisbatkan diri kepada Ahlus Sunnah, dikarenakan didapatkan adanya Ahlul Bid’ah”.

Tidak demikian. Siapakah Seorang Ahlus Sunnah? Seorang Ahlus Sunnah adalah seorang yang konsisten dengan al-Kitab dan as-Sunnah sesuai pemahaman salafus shalih. Sehingga sama saja, apakah engkau berkata: “Saya seorang Salafy, ataukah saya seorang Sunny. Apabila engkau termasuk seorang Ahlul Hadits, tidak mengapa engkau katakan : ”Saya seorang Muhaddits”.

Penisbatan ini tidaklah sama sebagaimana penisbatan hizbiyyin.

Saya seorang Ikhwani” (pengikut ikhwanul muslimin). Kepada siapa engkau menisbatkan diri? ternyata kepada Hasan al-Banna.

Saya seorang Tablighi” (pengikut jama’ah tabligh). Kepada siapa engkau menisbatkan diri? ternyata kepada Muhammad Ilyas.

Saya seorang Syi’i (pengikut syiah). Kepada siapa engkau menisbatkan diri? Mereka menjawab: “Kepada Ali bin Abi Thalib”. Ini tidaklah benar, bahkan kalian menisbatkan diri kepada Abdullah bin Saba’. Benar, kalian adalah orang-orang yang menisbatkan diri kepada Abdullah bin Saba’, janganlah kalian mendzhalimi Ali .

Demi Allah wahai ikhwan sekalian, mereka (Syi’ah Rafidhah) telah mendzhalimi Ali, sungguh mereka telah mendzhaliminya.

Saya pernah membaca sebuah kitab “ar-Risalah al-Wazi’ah Lil Mu’tadin ‘an Sabbi Shahabati Sayyidil Mursalin”. Di dalamnya disebutkan bahwa Ilmu Tasawwuf dinisbatkan kepada Ali. Demikian pula Khawarij, ilmu mereka dinisbatkan kepada Ali. Terus (jika demikian) atas dasar apa Ali memerangi Khawarij, dan mereka memerangi Ali wahai orang-orang yang dungu?.

Demikian pula, mereka katakan bahwa ilmu mu’tazilah diambil dari Ali. Bahkan mereka sebutkan beberapa cabang ilmu lainnya juga diambil dari Ali, bahkan Ilmu Nahwu. Kita tidak temukan adanya sanad shahih yang menyebutkan bahwa Ilmu Nahwu dinisbatkan kepada Ali.

Kita sebutkan ini bukan karena dengki kepada Ali radhiyallahu‘anhu yang telah Allah anugerahkan kepada beliau pemahaman yang lurus dan pemikiran yang cemerlang. Bahkan Allah telah karuniakan kepadanya keutamaan yang banyak.

Tidak sama dengan cara pandangnya orang-orang Syia’h : “Ali adalah manusia terbaik, barangsiapa yang tidak mengakuinya maka dia telah kafir”. Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam Kitab al-Bidayah wa an-Nihayah :  “Ucapan palsu, semoga Allah memburukkan seorang rafidhah yang telah memalsukannya”.

Diambil dari kaset “al-Qaul an-Naqy Fii Ma’na Salafy”.
Faedah dari: Ustadz Hamzah Rifai La Firlaz Hafizhahullah
Sumber : http://forumsalafy.net/hukum-mengaku-sebagai-seorang-salafy/
https://telegram.me/forumsalafy
read more

Kesabaran Syaikh Albani Dalam Belajar Dan Mengajar

Berkata salah seorang murid Asy-Syaikh:
 
Sesungguhnya Asy-Syaikh beliau pernah duduk semalam suntuk. Sampai-sampai ketika dikumandangkan adzan fajar di kota Madinah beliau sedang berdialog dengan salah seorang pemuda.

Setelah sholat fajar ditunaikan di Masjid Nabawi beliaupun ingin pergi ke kota Mekkah untuk mengerjakan Umroh maka kamipun berkata kepada beliau : "Engkau belum tidur", Beliaupun berkata : "Aku masih merasa kuat dan semangat". Maka beliau segera menaiki mobil dan kami ikut safar bersama Syaikh ke kota Mekkah.

Saat kira-kira jam 9 pagi beliau memarkirkan mobil di bawah naungan pohon dan beliau berpesan "Aku akan tidur 1/4 jam saja apabila aku belum bangun maka bangunkanlah aku". Maka kami bergumam dalam hati, "Kita tidak akan membangunkan Syaikh sampai beliau beristirahat".

Namun tatkala 1/4 jam berlalu beliau terbangun kemudian kembali menaiki mobil dan kamipun bertolak menuju Mekkah dan menunaikan umroh di sana.

Setelah itu beliau menyempatkan pergi ke salah satu rumah kerabatnya dan ternyata para penuntut 'ilmu telah duduk menunggu Asy-Syaikh. Maka Syaikhpun duduk bersama mereka sebagaimana kebiasaan Syaikh saat dialog dan diskusi bahkan sampai malam hari tanpa terasa letih.

Maqolaat Albani // Nurud Diin Tholib (218).

Dan murid Syaikh juga mengatakan: "Termasuk di antara hal yang menunjukkan kesabaran Syaikh dalam menuntut 'ilmu ... Bahwa Syaikh Nashir naik ke tangga perpustakaan Dzohiriyyah untuk mengambil kitab manuskrip, setelah memperoleh kitab dan membukanya, Beliau tetap berdiri di atas tangga beliau membaca kitab selama 6 jam lebih.".

Maqolat Albani // Nuruddin Tholib (220).

Fawwaz bin Ali al-Madkhali
https://telegram.me/Fawwazalmadkhaliindonesia
read more

Tunaikan Hak Allah 'Azza Wa Jalla' Dalam Kehidupan Dunia

Berkata Al-Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullähu:
 
"Seorang hamba memiliki dua kedudukan di hadapan Allah 'Azza wa Jalla': kedudukan pertama di hadapan Allah 'Azza wa Jalla' ketika shalat, dan kedudukan kedua di hadapan-Nya di hari pertemuan dengan-Nya. 

Maka siapa yang menegakkan hak-Nya pada kedudukan yang pertama, maka akan diringankan urusannya pada kedudukan kedua, dan siapa yang menganggap remeh pada kedudukan pertamanya dan tidak menunaikan hak-Nya, maka dia akan dipersulit pada kedudukan yang berikutnya. 

Allah 'Azza wa Jalla' berfirman: "Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari. Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat)". (QS.Al-Insan:26- 27).

https://telegram.me/Askarybinjamal

read more

Keterkaitan Erat Malaikat Dengan Manusia

Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullähu berkata;
 
❝Allah mewakilkan kepada para malaikat proses penciptaan manusia, memindahkan dari satu tahapan ke tahapan berikutnya,  membentuk ciptaannya dan menjaganya dalam kegelapan yang berlapis-lapis.Menuliskan catatan taqdir : rizkinya, amalnya, ajalnya, dan dia itu celaka ataukah bahagia.
 
Malaikat senantiasa menyertainya dalam segala kondisinya,  menghitung semua ucapan dan amalannya. Malaikat senantiasa menjaga manusia selama hidupnya, mencabut ruhnya ketika wafatnya lalu disampaikan kepada Penciptanya. Allah juga mewakilkan kepada malaikat untuk memberikan adzab dan nikmat di alam barzakh dan setelah kebangkitan. Juga diwakilkan kepada Malaikat untuk menjalankan alat-alat nikmat dan adzab.
 
Malaikat akan mengokohkan/menguatkan hamba mukmin dengan izin Allah, mengajarkan kepadanya hal yang bermanfaat baginya, dan merupakan para tentara yang membelanya. Malaikat adalah para pembela hamba di dunia dan di akhirat, menyiapkannya untuk berbuat kebaikan,  mengajak kepadanya, serta mencegah dan memperingatkannya dari kejelekan.
 
Jadi malaikat adalah para wali dan penolong hamba,  penjaga dan pengajarnya,  senantiasa memberikan nasihat kepada sang hamba, dan para juru dakwah bagi hamba, serta senantiasa memohonkan ampun untuknya.

Para malaikat memberikan shalawat (do'a)  terhadapa hamba selama dia mentaati Rabb-nya, bershalawat kepadanya selama dia mengajarkan kebaikan kepada umat manusia.
Malaikat memberikan berita gembira kepada hamba tentang berbagai pemuliaan dari Allah dalam mimpinya dan ketika kematiannya, serta pada hari kebangkitan.

Malaikat yang mengajak hamba untuk zuhud terhadap dunia,  dan bersemangat terhadap akhirat.

Malaikat mengingatkan sang hamba ketika lupa, menjadikannya bersemangat ketika malas, menguatkannya ketika ketakutan.

Malaikat berupaya keras demi kemashlahatan dunia dan akhirat sang hamba. Mereka adalah para utusan Allah di tengah makhluk-Nya dan perintah-Nya. Para duta-Nya antara Dia dengan para hamba-Nya.    Para malaikat berbondong-bondong turun dengan membawa urusan di segenap penjuru alam,  dan naik kepada-Nya dengan membawa urusan.❞.

Ighatsah al-Lahfan, 2/125-126.
https://telegram.me/ManhajulAnbiya

read more

Membaca Al-Quran Dalam Pesta Pernikahan

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin Rahimahullähu ditanya;

PERTANYAAN: 
Berkata penanya ini: Fadhilatus syaikh, apa hukum syariat dalam pandangan Anda tentang mereka orang-orang yang membacakan Al-Quran dalam pesta pernikahan di mana mereka membuatkan bagi mereka tenda-tenda, dan mereka mempersiapkan pengeras suara secara sewa dalam satu jam dengan harga yang sangat mahal, dan fenomena ini tersebar di sebagian negeri, apakah amalan ini boleh?.
 
JAWABAN: 
 
Syaikh: Iya, tidak diragukan bahwa sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shalallähu ‘Alaihi wa Salam, dan tidak diragukan bahwa Nabi Shalallähu ‘Alaihi wa Salam mengagungkan kalam Allah Ta'ala lebih banyak dari apa yang telah kita agungkan, dan tidak diragukan bahwa Nabi Shalallähu ‘Alaihi wa Salam lebih semangat dari kita atas suatu kebaikan dan atas suatu ibadah dengan Kitabulloh.
 
Namun kendati demikian beliau tidak menjadikan ini sebagai manhajnya (jalan hidupnya) selamanya dengan hadir di hadapan manusia di hari-hari pernikahan demi membacakan kepada mereka Al-Quran, dan setiap amalan yang tidak ada padanya perintah Allah dan Rasul-Nya maka ia tertolak atas pelakunya.
 
Oleh karenanya kami nasehatkan kepada saudara-saudara kami kaum muslimin dari yang semisal amalan-amalan ini yang dimaksudkan dengannya beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla namun ibadah tersebut tidak pernah teriwayatkan dari Nabi. Iya.
 
•┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈•
Silsilah Fatawa Nur 'Ala Ad-Darb | Kaset no. [329].
Audio: http://zadgroup.net/bnothemen/upload/ftawamp3/Lw_329_24.mp3
http://telegram.me/An_Nikaah

read more

Selasa, Januari 05, 2016

Tidak Terjadi Sesuatu Darinya Kecuali Dengan Kehendak Dan Kemampuan Allah

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullähu:
 
❝Maka mahalnya harga barang dengan kenaikan harganya dan murahnya harga dengan turunnya; Keduanya termasuk kejadian tiada yang menciptakankannya melainkan Allah semata; Tidak terjadi sesuatu darinya kecuali dengan kehendak dan kemampuan Allah.
 
Namun terkadang Allah jadikan sebagian yang dilakukan hamba-hambaNya sebab sebagian kejadian; Sebagaimana Allah jadikan tindakan pembunuhan pembunuh sebagai sebab terbunuhnya korban.
 
Dan tingginya harga barang terkadang disebabkan kedzaliman hamba-hambaNya; dan turunnya harga terkadang disebabkan kebaikan sebagian manusia ❞.
 
Majmu' Fatawa (8/519).
read more

Jadikan Tidurmu Sebagai Keadaan Terendahmu

Seorang mukmin berusaha mengisi waktu-waktu di masa hidupnya dengan berbagai hal-hal yang bermanfaat, dengan menjadikan hati, lisan, dan anggota tubuh senantiasa tersibukkan dengan perkara yang mendekatkan dirinya kepada Allah 'Azza wa Jalla', mulai dari bangun tidur hingga akan tidur kembali, dan tidur menjadi keadaannya yang paling rendah, sebab dia sedang beristirahat dari menjalankan ketaatan. 
 
Berbeda halnya dengan seorang fajir yang gemar berbuat kemaksiatan, waktunya dihabiskan untuk hal-hal yang menjauhkan dirinya dari Allah 'Azza wa Jalla', sehingga ia senantiasa memudaratkan dirinya dan juga orang lain. Keadaan terbaik seorang yang fajir adalah disaat dia sedang tidur, sebab di kala itu dia sedang tidak melakukan perkara yang memudaratkan dirinya dan juga orang lain. Benar apa yang dikatakan oleh Khalid bin Ma'dan Rahimahullähu:
 
أدنى حالات المؤمن أن يكون نائما، وخير حالات الفاجر أن يكون نائما
"Keadaan terendah seorang mukmin adalah disaat ia sedang tidur, dan keadaan terbaik seorang yang fajir adalah juga disaat ia sedang tidur." (Hasyiyah 'alal muntaha,karya Al-Khalwati: 1/ 112).
read more

Menyikapi Salafi Yang Mesra Bersama Ahli Bid'ah

Al-'Allamah Ahmad bin Yahya An-Najmi rahimahullah:
 
❝Barangsiapa yang dikenal dengan ke-salafi-annya, namun dia diingkari karena suatu perkara: seperti bermajelis dengan ahli bid'ah dan berjalan bersama mereka, memberikan udzur (dispensasi) bagi mereka dan membenarkan madzhab mereka (ahli bid'ah). Maka dia dinasehati karena perkara ini, dan diulang nasehat baginya hingga para pemeluk manhaj salafi tidak membuatnya merugi.
 
Namun jika dia tetap melakukan kemungkaran tersebut: dia digolongkan dengan ahli bid'ah, dan hal itu tidak boleh dilakukan dengan berita-berita yang tidak valid; bahkan sepatutnya untuk tidak membangun perkara ini kecuali di atas berita-berita yang telah diketahui dan terpercaya.
 
Dan bukan termasuk sikap ahlussunnah dan bukan pula termasuk jalan mereka membenarkan ahli bid'ah, dan jangan mencari udzur bagi mereka dan tidak membenarkan madzhab mereka, dan tidak sepantasnya tergesa-gesa dalam menghukumi pemeluk manhaj salafi bahwa mereka adalah para mubtadi' dan mentahdzir mereka; hingga dinasehati orang yang diingkari berulang kali.
 
Maka apabila para pemeluk manhaj salafi telah meminta udzur dengan berulang kali menasehati orang tersebut atas perilakunya, di saat itulah: dia dihukumi dengan bid'ah dan digolongkan dengan mubtadi', adapun tanpa tahapan ini maka tidak sepatutnya tergesa-gesa dalam menghukuminya.❞.
 
•┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈•
 
Al-Qoul Al-Hatsits 'Ala 'Aqidah Ahli Al-Hadits Min Maqolat Al-Islamiyyin, halaman (160-161).

http://bit.do/mutiaraASK

read more

Demontrasi Adalah Termasuk Perkara Bid’ah

Menjawab pertanyaan yang ditujukan kepada yang mulia Al-Allaamah Zaid bin Muhammad Al-Madkhali rahimahullah tentang masalah demonstrasi yang terjadi di negeri-negeri islam, dan anggapan bolehnya demo oleh sebagian orang, khususnya jika demonya itu damai tanpa membawa senjata. Maka beliau rahimahullah berkata:
 
❝Demonstrasi termasuk perkara yang baru dalam agama, dan setiap perkara yang baru dalam agama itu adalah bidah dan setiap bidah itu sesat dan setiap kesesatan itu di neraka. Yang demikian itu karena syariat Allah itu telah sempurna, kitab dan sunnah. 
 
Dan kita tidak mengetahui sedikitpun dari dalil al-kitab dan as-sunnah yang membolehkan sekelompok manusia untuk berkumpul lalu melakukan demontrasi yang terdapat di dalamnya pengacauan terhadap manusia, menghabiskan waktu, dan lebih parah dari itu adalah ditinggalkan shalat-shalat, terjadi di dalamnya pembunuhan. 
 
Maka seandainya dalam satu demo terbunuh satu orang muslim, yang menanggung dosanya adalah orang yang mengajak melakukan demo-demo tersebut. Sama saja, apakah seorang pribadi, sekelompok masyarakat ataupun komunitas. Dan dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan:
Sungguh hilangnya dunia ini lebih ringan di sisi Allah daripada pembunuhan terhadap seorang muslim. (HR. Sunan An-Nasaa’i, bab Ta’zhiimu Ad-dami 7-87 dan At-Tirmidzi dalam bab Maa jaa’a ‘an Tasydiid qatlil mukmin, 4-16).❞.
Selengkapnya baca || http://forumsalafy.net/demontrasi-adalah-termasuk-perkara-bidah/
http://bit.ly/ForumSalafy

read more

Eksekusi Mati Terhadap Para Perusak Di Muka Bumi

EKSEKUSI MATI TERHADAP PARA PERUSAK DI MUKA BUMI dalam rekam sejarah:

Tokoh Bi'dah bernama Ghailan, di-eksekusi mati oleh Khalifah Hisyam bin Abdil Malik (Khalifah ke-10 dari kalangan Bani Umayyah, w. 125 H/743 M). Kemudian ada ganjalan pada diri Sang Khalifah Hisyam.
Maka Numair bin Aus menulis surat kepadanya, (isinya) : "Eksekusi mati terhadap Ghailan ada salah satu kemenangan besar dari Allah untuk umat ini.".
Rajaa' bin Haiwah juga menulis kepada Hisyam, (isinya): "Sampai berita kepadaku bahwa ada ganjalan di hati Anda setelah eksekusi mati Ghailan dan Shalih. Demi Allah,  eksekusi mati kedua tokoh itu LEBIH UTAMA dari pada membunuh dua ribu tentara Romawi.".
Tatkala berita tentang tindakan Khalifah Hisyam mengeksekusi mati Ghailan sampai kepada 'Ubadah bin Nusai,  maka 'Ubadah segera mengatakan,  "Tindakan yang sesuai dengan Sunnah dan Hukum. Sungguh aku akan datang kepada Amirul Mukminin (yakni sang Khalifah), dan akan aku nyatakan baik tindakannya.".

Al-Qadar,  al-Firyabi 284-286.
https://bit.ly/ManhajulAnbiya

read more

Nasehat Sunnahnya Dilakukan Secara Berselang

Asy Syaikh al Allamah Zaid bin Muhammad al Madkhali rahimahullah berkata,

Bahwasanya mauizhah (nasehat), sunnahnya dilakukan oleh seseorang kepada kaumnya secara berselang. Adapun mengkaji ilmu dan mengajarkan pemahaman tentang agama Islam, maka sungguh mereka sangat butuh untuk berkesinambungan padanya, hingga benar-benar meraih darinya bagian yang mencukupi.

Nuzhatul Qari Syarh Kitab al Ilmi min Shahih al Bukhari, hlm. 81.


read more