Alhamdulillah, tahun 1430Hijriah ini kita masih diberi kesempatan oleh Allah Ta’ala untuk bisa mendapatkan bulan suci Ramadhan yang sarat dengan keutamaan-keutamaannya ini, bulan dimana kita diwajibkan untuk shaum.
Allah Azza wa Jalla telah berfirman dalam kalam-Nya yang mulia:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan berpuasa atas kalian sebagaimana telah diwajibkan atas umat-umat sebelum kalian agar kalian bertakwa. (Al Baqarah: 183)
Begitu pula sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam:
،بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولَ الله
وَإِقامِ الصَّلاةِ، وَإيتَاءِ الزَّكاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ البَيْتِ الحَرَامِ
Islam dibangun di atas 5 pondasi (rukun) : Persaksian bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak diibadahi kecuali hanya Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan haji ke Baitullah.(Muttafaqun ‘Alaihi).
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan atas dasar keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah Ta’ala maka dia akan diampuni dari dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Shaum Ramadhan adalah bentuk keta’atan yang selain memiliki beberapa keutamaan dan faidah, juga memiliki adab-adab yang sudah semestinya bagi setiap muslim untuk mengetahuinya, sehingga dengan ilmu-ilmu tersebut mereka bisa menjalankan ibadah yang mulia ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah, sebaik-baik teladan bagi kaum muslimin dan pada akhirnya bisa memperoleh beberapa pahala yang dijanjikan Allah Ta’ala.
Mengingat begitu pentingnya masalah shaum ini, Al-Ustadz Abu ‘Abduh Sholehudin memberikan faedah dengan membahas masalah ini, yang materinya beliau ambil dari kitab Hadyu Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, yang merupakan intisari dari kitab Zaad AlMa’ad.
Berikut beberapa petunjuk dari Rasulullah mengenai shaum yang diambil dari kitab Hadyu Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:
Petunjuk-petunjuk Rasulullah dalam Shaum Ramadhan, diantaranya adalah:
- Tidaklah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam memasuki shaum Ramadhan melainkan dengan ru’yah/penglihatan (terhadap hilal) yang pasti atau dengan persaksian satu orang (persaksian yang melihat hilal), maka jika beliau tidak bisa melihat hilal atau tidak mendapatkan persaksian, maka beliau menggenapkan jumlah bulan sya’ban menjadi 30hari.
- Apabila malam ke 30 (sya’ban) terhalang awan maka beliau menggenapkan bulan sya’ban menjadi 30 hari, dan beliau tidak pernah puasa di hari yang terhalang tersebut dan beliau tidak pula pernah memerintahkannya.
- Adalah termasuk dari petunjuk Rasulullah jika keluar dari Ramadhan dengan persaksian 2 orang muslim, apabila 2 orang telah bersaksi melihat hilal (hilal-nya Syawal), sementara waktu sholat ied sudah terlewat, maka Rasulullah berbuka dan memerintahkan para shahabat untuk berbuka dan sholat ied keesokan harinya.
- Adalah Rasulullah menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur, serta menganjurkannya.
- Adalah beliau menganjurkan berbuka dulu sebelum melaksanakan sholat maghrib, beliau berbuka dengan beberapa ruthoba, jika tidak bisa mendapatkannya bisa juga dengan tamr, dan jika tidak juga bisa mendapatkan keduanya maka dengan beberapa teguk air.
- Adalah bagian dari petunjuk beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam, di bulan Ramadhan dianjurkan memperbanyak ibadah, memperbanyak shodaqoh, berbuat baik, membaca alquran, sholat, dzikr dan I’tikaf dan Jibril juga sering muncul mengajarkan alquran di bulan ramadhan (untuk menjaga hafalan rasulullah)
- Adalah beliau mengkhususkan beberapa ibadah yang belum pernah beliau khususkan di luar ramadhan, sampai-sampai beliau itu melakukan wishal (menyambung puasanya), dan beliau melarang shahabatnya menyambung puasa tanpa berbuka dulu tetapi mengijinkannya hanya sampai sahur.
Petunjuk-petunjuk Rasulullah dalam apa-apa yang dilarang dan apa-apa yang dibolehkan dalam shaum, diantaranya adalah:
- Rasulullah melarang orang-orang yang shaum dari ucapan/perbuatan jelek, bersenda gurau melebihi batas, mencela orang atau membalas celaan orang lain. Bahkan Rasulullah memerintahkan kepada orang yang dicela untuk mengatakan: Aku sedang shaum!.
- Rasulullah memberikan pilihan kepada shahabatnya untuk shaum atau berbuka saat safar dalam ramadhan, dan Rasulullah tidak menentukan jarak bagi orang safar sebagai batasan apakah seseorang itu boleh berbuka atau tidak dalam shaumnya.
- Beliau memerintahkan untuk berbuka jika mendekati daerah musuh (dalam masa peperangan, agar kaum muslimin kuat dalam menghadapi musuh).
- Adalah para shahabat ketika mereka akan memulai safar, berbuka tanpa memberikan syarat harus meninggalkan rumah terlebih dahulu, dan mereka mengabarkan bahwasanya itu adalah petunjuk dan sunnah Nabi.
- Adalah beliau pernah mendapati shubuh dalam keadaan junub, kemudian beliau mandi setelah masuk fajar dan berpuasa.
- Adalah beliau pernah mencium/memeluk istrinya, sedangkan beliau saat itu sedang shaum di bulan ramadhan.
- Adalah beliau bersiwak dalam keadaan berpuasa, dan beliau juga pernah berkumur-kumur, ber-istinsyaq dalam keadaan berpuasa, dan juga pernah menuangkan air ke kepalanya dalam keadaan berpuasa.
- Termasuk dari petunjuk Rasulullah adalah tidak dikenakannya qodo’ bagi orang-orang yang makan atau minum karena lupa,
- Beliau memberikan rukshah bagi orang yang sakit ataupun musafir untuk keduanya berbuka dan meng-qodo’nya, demikian juga wanita hamil dan menyusui.
Petunjuk-petunjuk Rasulullah dalam shaum sunnah, diantaranya adalah:
- Adalah petunjuk Rasulullah se-sempurna-sempurnanya petunjuk dan se-besar-besarnya apa yang akan diperoleh dan se-mudah-mudahnya bagi jiwa, adalah beliau berpuasa sampai ada yang mengatakan tidak akan berbuka, dan adalah beliau berbuka sampai ada yang mengatakan tidak akan berpuasa. Dan belum pernah Rasulullah menggenapkan puasa selama sebulan penuh selain dari bulan Ramadhan, dan belum pernah pula beliau berpuasa sunnah dalam satu bulan lebih banyak daripada bulan Sya’ban, dan belum pernah beliau keluar dari satu bulan pun melainkan pasti beliau berpuasa di dalamnya.
- Dan termasuk dari petunjuknya adalah makruhnya mengkhususkan hari jum’at dengan shaum, dan beliau membiasakan diri dengan shaum di hari senin dan kamis.
- Dan Rasulullah tidak pernah meninggalkan shaum di hari ayyamulbidh (pertengahan bulan hijriyyah, yakni tanggal 13~15), baik ketika muqim ataupun safar dan beliau mengkhususkan diri terhadap shaum tersebut.
- Dan beliau biasa berpuasa di awal setiap bulan selama 3 hari.
- Dan beliau bersabda tentang puasa 6 hari dibulan syawal: “puasa 6hari di bulan syawal bersamaan ramadhan (setelah ramadhan) setara dengan puasa satu tahun penuh”, dan beliau juga membiasakan berpuasa pada hari ‘asysyura (tanggal 10-Muharram) daripada pada hari-hari lainnya di bulan Muharram, dan beliau mengkhabarkan bahwasanya “puasa ‘asysyura itu bisa menghapuskan dosa satu tahun yang lalu”.
- Dan beliau berkata di hari arafah (tanggal 9-Dzulhijjah): “puasa pada hari arafah menghapuskan dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang”, Dan merupakan petunjuknya untuk berbuka pada hari arafahnya (tanggal 10-Dzulhijjah).
- Dan bukanlah dari petunjuknya untuk berpuasa sepanjang tahun, bahkan beliau bersabda: “barang siapa berpuasa dahr (puasa sepanjang tahun), maka baginya tidak ada puasa, tidak pula berbuka” (artinya tidak mendapat pahala sama sekali).
- Terkadang beliau berniat puasa tetapi berbuka, seperti hadits waktu beliau mendatangi keluarganya dan bertanya: “apakah ada yang bisa dimakan?” ketika tidak didapati makanan maka beliau berkata “kalau begitu aku puasa”.
- Beliau berkata: “Apabila salah satu dari kalian diundang makan sedangkan saat itu dalam keadaan berpuasa maka katakanlah: aku sedang berpuasa”.
Petunjuk-petunjuk Rasulullah dalam masalah I’tikaf, diantaranya adalah:
- Adalah beliau ber-I’tikaf 10hari di akhir ramadhan sampai Allah Ta’ala mewafatkannya, dan pernah beliau meninggalkannya satu kali kemudian meng-qodo’nya di bulan syawal.
- Beliau (awalnya) ber-I’tikaf di 10hari pertama, kemudian 10hari pertengahan, kemudian 10hari terakhir, dalam rangka mencari Lailatul Qadr. Kemudian setelah jelas bagi beliau bahwasanya Lailatul Qadr itu ada di 10hari terakhir, maka beliau melakukan I’tikaf di 10hari terakhir itu sampai wafatnya.
- Beliau tidak pernah I’tikaf, melainkan bersamaan dengan puasa (tidak dilakukan di luar ramadhan).
- Beliau memerintahkan untuk membuat tenda (di mesjid) yang beliau bisa berdiam diri di sana (ber-khalwat).
- Adalah beliau jika akan memulai I’tikaf, melakukannya setelah sholat fajr, baru beliau memasuki tendanya.
- Adalah beliau jika sedang I’tikaf, maka beliau menjauhkan ranjangnya di tempat I’tikafnya dan beliau masuk ke dalam tendanya sendirian.
- Adalah beliau tidak masuk ke dalam rumahnya, kecuali jika ada keperluan yang tidak bisa dilakukan di dalam mesjid, seperti buang hajat.
- Adalah beliau mengeluarkan kepalanya ke rumahnya aisyah, maka aisyah menyisirnya sedang saat itu aisyah dalam keadaan haidh.
- Adalah sebagian istri beliau menziarahinya dalam keadaan beliau ber-I’tikaf, dan apabila istrinya telah berdiri hendak pergi, maka beliau berdiri bersama istrinya dan mengantarnya sampai pintu, dan ini terjadi di malam hari.
- Adalah beliau ketika I’tikaf tidak pernah menggauli istrinya, tidak dengan menciumnya tidak pula dengan selainnya.
- Adalah beliau ber-I’tikaf di setiap tahunnya sebanyak 10hari, tetapi tatkala di tahun beliau wafat beliau I’tikaf sebanyak 20hari.
Alhamdulillah, selesai juga bahasan shaum ini. Untuk yang menginginkan faedah lebih lengkap bisa mendownload audio rekamannya di link berikut:
Semoga ada mamfa’at bagi kita semua. Walhamdulillah ‘ala kulli hal.